December 09, 2005


LUCU-LUCU LUGU-LUGU
Muntilan terletak kurang lebih 80 km dari Semarang, ibukota Jawa Tengah dan 30 km dari Yogyakarta. Jalan utama yang juga merupakan pusat kota adalah penghubung kedua kota itu. Secara umum kota Muntilan merupakan pusat bagi wilayah kecamatan sekitarnya. Banyak pedagang bertransaksi disini.

Warga setempat seringkali merasa kurang percaya diri apabila berhadapan dengan orang-orang dari kedua kota di atas. Hal tersebut karena lingkup pergaulan, informasi, serta pendidikan yang terasa berbeda.

Dusun Kadirojo terletak + - 1 kilometer dari pusat ekonomi kota Muntilan. Disinilah lokasi Rumah Pelangi. Apabila menilik suasana kampungnya, di sebelah kiri Rumah Pelangi adalah warga pendatang yang mayoritas adalah pegawai, sedangkan sebelah kanan merupakan penduduk setempat yang sudah sekian puluh tahun ada dan berprofesi sebagai petani serta buruh harian.

Ketika kita ada aktivitas di Rumah Pelangi anak-anak dari lingkungan tersebut banyak berdatangan. Mereka dengan akrab bertutur sapa dengan siapa saja yang datang. Satu hal yang bikin menggemaskan adalah ketika yang namanya konsumsi ada di hadapan kita. Mereka tanpa malu-malu selalu menyambutnya dengan bergairah. Masih saja berebutan ketika muncul kesempatan untuk menikmatinya. Mereka menjadi satu dengan kita pula ketika kita sedang asyik berbincang dengan tamu.

Satu hal yang lucu dan bikin malu adalah ketika anak-anak tersebut diajari oleh rekan-rekan filateli Yogyakarta. Mereka bercerita panjang lebar tentang perangko. Ketika waktunya pamit pulang, baru saja mereka keluar pintu dan belum masuk mobil, makanan yang masih ada di karpet ludes habis. Untung saja para tamu itu tidak kembali masuk rumah, bisa gawat, melihat tingkah anak-anak berebutan. Mungkin tepat pula kalimat di iklan: ”Belum satu menit”.
Tertarik untuk mencoba, silahkan datang dan bawa oleh-oleh untuk mereka. Pasti akan disambut hangat.

Tidak anak-anak tidak pula remajanya.

Yang namanya Nilam, adalah seorang siswi SMA. Setiap kali bertemu dengan tamu selalu dengan sigap menanyakan alamat dan mencatatnya. Beberapa kali ketemu dengan tamu dari negeri seberang sangat antusias untuk berkenalan dan tidak lupa menanyakan alamat rumahnya. Apakah akan didatangi atau disuratinya mereka. Secara olok-olok saya katakan, jaman sekarang orang nanya itu alamat imel dan menjalin komunikasi dengan media itu. Bagaimana dia akan surat menyurat dengan teman luar negerinya dimana perangko sangat mahal?

Pada liburan kenaikan sekolah bulan Juli kemarin, Rumah Pelangi mengadakan pelatihan internet bagi para anggotanya selama 4 hari. Tercatat 12 orang mengikutinya. Pelatihan dilangsungkan atas kebaikan hati pengelola fasilitas internet di Telecenter, yang ada di Pondok Pesantren Pebelan, Mungkid. Pengajar kebetulan saya sendiri. Hasil pelatihan adalah mereka saat itu mampu menggunakan fasilitas imel gratisan, mempunyai imel gratisan (dan tercatat pula sebagai anggota milis
warga-rumahpelangi@yahoogroups.com), dan chatting, serta penelusuran situs-situs.

Kemajuan lain adalah, si Nilam yang saya sebutkan diatas, sekarang selalu bertanya pada rekan dari jauh alamat imelnya.
Namun sayang sekali, karena beberapa kendala, rekan-rekan disini belum dapat lagi menggunakan fasilitas internet.

Rumah Pelangi secara rutin siaran langsung setiap Selasa malam jam 20.00- 21.00 mempunyai acara KABAR BIANGLALA yakni sebuah wawancara ringan tentang sos-bud dengan berbagai narasumber. Pada malam itu bisa dipastikan adalah waktunya kumpul segenap anggora Rumah Pelangi. Apabila hari tidak hujan, kurang lebih 8 orang akan didapatkan di studio saat itu. Mereka datang disitu selain sebagai presenter (dua orang), pembawa apresiasi puisi, operator telpon, operator rekaman, dan niatan kumpul-kumpul. Apakah yang terjadi selama satu jam siaran?
Pada saat-saat itu, nampak rekan-rekan keluar masuk studio siaran untuk sekedar menemani rekannya yang di dalam, sekedar mendengarkan, dan ketika diberikan waktu untuk membaca puisi, atau bercerita, mereka segera keluar dari studio, pindah diluar menikmati hidangan yang mestinya diprioritaskan untuk narasumber. Saat ini sudah ada 24 edisi yang berarti 25 minggu siaran di radio tersebut. Oh ya, perbedaan 24 dan 25 itu terjadi karena pada tanggal 5 Juli 2005 lalu yang seharusnya siaran, tepat lima menit sebelum siaran, tepat lima menit sebelum siaran, tepat lima menit sebelum on-air , presenter, operator siaran, narasumber sudah masuk ruang siar, dan rekan-rekan di luar sudah siap merekam, mengoperasikan telpon ternyata listrik di kota muntilan mendadak mati.

Ada seorang remaja pendengar setia KABAR BIANGLALA bernama Nyit-nyit yang selalu memberikan kritik dan saran setiap siaran. Letak geografis dia yang jauh dari kota Muntilan menyebabkan harus pintar-pintar menempatkan radionya pada gelombang yang tepat dan arah yang tepat. Selain itu pula tentu saja kiat khusus agar dapat menangkap frekwensi 94.8 FM dimana Rumah Pelangi mengudara. Pada malam itu dipastikan dia ada di atap rumah hanya untuk mendengarkan siaran. Muntilan sebagai kota kecil, seringkali lampu mati jika hujan agak deras datang. Penduduk setempat sudah dapat memperkirakan apakah listrik akan mati lama ketika saat-saat itu tiba. Berkenaan listrik mati ini, ada hal menarik dari pendengar setia ini. Waktu itu dia sudah siap di atap rumah untuk menunggu cerita narasumber. Listik di Muntilan mati namun di kotanya, yakni Magelang tetap menyala, sehingga dia tidak tahu kebingungan apa yang tengah melanda kami. Kurang lebih jam 20.10 WIB dia menelpon studio dari wartel dekat rumahnya dan bercerita bahwa baru saja menendang radionya sampai lantai bawah karena mengira tidak dapat menemukan siaran KABAR BIANGLALA.

Tertarik dengan cerita Rumah Pelangi. Dapat klik:
http://www.rumahpelangi.blogspot.com/. Selain itu disitu ada fasilitas pula untuk melihat gambar-gambar teman-teman Rumah Pelangi. Lihatlah ekspresi mereka ketika mendapatkan pelatihan filateli..
lihatlah ketika mereka main musik dengan alat apa adanya.

0 comments: