December 07, 2005


KUNINGISASI RUMAH PELANGI


MAS BANDI. Demikianlah penjaga Rumah Pelangi sebenarnya. Dia adalah orang yang bertanggung jawab terhadap tempat yang kami gunakan. Tugasnya adalah merawat rumah beserta isinya yang dipercayakan oleh pemilik rumah. Pada awal Desember tiba-tiba dia datang membawa beberapa kaleng cat. Rupanya mendapatkan tugas untuk mengecat keseluruhan rumah karena pada tanggal 31 Desember, salah seorang anak pemilik rumah akan melangsungkan pernikahan dan Rumah Pelangi akan digunakan sebagai tempat menginap keluarga jauh. Selama beberapa hari dia sendirian membersihkan keseluruhan rumah lebih seksama dibandingkan biasanya. Meskipun dia lebih berwenang menentukan keadaan rumah tersebut namun tetap saja tidak berani merubah letak barang-barang milik komunitas (memangnya Rumah Pelangi punya aset?? hee..hee..heee). Awalnya rumah tersebut ditinggali olehnya. Namun karena aktivitas keseharian yang agak jauh dari situ menyebabkan mas Bandi tidak menempati. Pagi hari datang untuk bersih-bersih dan mematikan lampu. Sore hari datang untuk menyalakan lampu serta mengecek apa yang ada di lingkungan rumah. Tidak heran apabila disana terdapat perlengkapan makan minum miliknya.

APA YANG TELAH KAMI PERBUAT TERHADAPNYA..
Mestinya banyak hal buruk yang telah kami perbuat terhadapnya. Bagaimana tidak? Rekan-rekan disini dengan seenaknya membuang sampah di sembarang tempat. Sama sekali tidak punya tanggung jawab terhadap kebersihan. Sudah beratus kali diberikan pengertian bahwa kita hanyalah menempati dan itu akan memberikan pandangan negatif. Selain itu terkadang beberapa rekan membawa makanan minuman untuk pengisi perut. Mereka seringkali menggunakan peralatan milik mas Bandi dan juga selama beberapa hari tidak pula mencucinya. Tidak hanya itu... ada beberapa peralatan pecah belah yang pecah namun sampai sekarang belum pula diganti.

Tenggat waktu 31 Desember 2005 sebagai akhir Rumah Pelangi menempati rumah tersebut menjadikan momentum bagi kami untuk belajar lebih menghargai orang lain. Berkenaan dengan adanya pernikahan anak pemilik rumah, kami bersepakat untuk berkewajiban mensukseskan acara yang akan dilangsungkan. Oleh karena itu, terwakili oleh seseorang kami berhasrat berbuat apa yang kami bisa. Setelah melalui perbincangan akhirnya diberi mandat membuat undangan, suvenir, dan juga dokumentasi.
Teman-teman di Rumah Pelangi ternyata lebih gila dari yang saya bayangkan. Beberapa rekan selama tiga minggu dalam 24 jam mereka ada di Rumah Pelangi untuk membuat suvenir berupa pigura foto dari kertas karton dihiasi pernik-pernik dari biji-bijian. Mereka keluar rumah hanya sebentar-sebentar ketika merasa jenuh dan ingin menengok rumah masing-masing. Selain itu sebagian lain datang membantu ketika ada waktu luang. Yaaa...karena mereka masih pelajar, jadi pulang sekolah mampir sampai sore untuk meramaikan suasana.
COBA TEMAN-TEMAN BAYANGKAN....
Masing-masing tidak ingin pigura yang satu sama dengan yang lain...jadinya dari keseluruhan 350 pigura kami mempunyai 350 motif. Haa...haaa... menyikapi hal tersebut alangkah sayangnya kalau dilewatkan begitu saja. Oleh karena itu berbekal kamera digital milik seorang kawan, satu persatu pigura kami dokumentasikan. Dengan penuh yakin pula kami mendeklarasikan bahwa sekarang punya divisi usaha pembuatan suvenir dan sudah mempunyai sampel banyak sekali....
GAYUNG BERSAMBUT.
Mungkin itulah judul yang tepat ketika setiap hari pada jam-jam biasanya istirahat kerja, rantangan datang menghampiri. Tuan rumah mungkin pula merasa kasihan ketika kami tekun membuat suvenir, sehingga tanpa terlambat sehari tiga kali selama tiga minggu itu konsumsi datang memberikan kami semangat untuk berbuat yang terbaik. Pada hari resepsi, yakni Minggu 31 Desember 2005, kami bertanggungjawab terhadap dokumentasi. Apa yang dapat kami perbuat? Kebetulan ada kawan-kawan dari Yogyakarta yang secara profesional terbiasa untuk itu. Satu tim datang membantu mengabadikannya dengan kamera. Satu orang lagi dibantu beberapa orang Rumah Pelangi mendokumentasikan dengan handicamnya.
Tanggal 1 Januari 2006 adalah dimulainya era menyewa (sebenarnya) lokasi tempat aktivitas kami. Keputusan tersebut kami ambil karena terpikirkan bahwa kami seharusnya merawat apa saja yang dipercayakan. Selain itu ada pemikiran bahwa sewa-menyewa lebih kuat dibandingkan hanya menempati area. Kembali ke cerita awal berdirinya Rumah Pelangi. Rumah Pelangi ada karena rumah tersebut. Kenapa bisa? Sudah semenjak lama beberapa kawan berinisiatif membuat sebuah komunitas yang riil namun masih saja ragu kapankah itu terjadi. Ada rumah kosong yang kabarnya mau disewakan. Dengan berbekal sok yakin, kami menyatakan menyewanya dan kemudian menduduki dan menggunakan tempat itu sampai sekarang. Tanpa upaya nekad itu mungkin saja kami belum dapat berkumpul.
Pemilik rumah berencana memperbaiki rumah dengan menambah plafon / atap karena selama ini belum ada dan ada rintik air ketika hujan datang. Kami berencana untuk menyewanya (secara riil) dan itu juga untuk biaya plafon tersebut. Jadi bisa dikatakan nantinya yang diuntungkan lagi-lagi Rumah Pelangi. Selain itu, seperti yang disebutkan diatas bahwa kekuatan menyewa tentunya lebih dibandingkan hanya menempati. Meskipun demikian, sampai sekarang pun kami masih bisa disebut wanpretasi karena belum dapat menindaklanjuti hal tersebut. Lagi-lagi tentang suvenir. Ketika mengetahui upaya kami membuat suvenir, ada seseorang memesan 300 buah untuk acara pernikahan tanggal 8 Januari 2006. Kami membuatkannya notes yang berbahan baku kertas daur ulang diberi motif biji-bijian. Lumayan... dari pembuatan itu kami mempunyai kas Rp 200.200,- (duaratus ribu duaratus rupiah). Rekan-rekan yang terlibat dalam perjuangan satu bulan ini mendapatkan 1 pin cantik spesial bergambar lukisan Dini Kamilasari, seorang anak kelas III SDN I Muntilan, jago lukis. Dua kali menang di level internasional, beberapa kali lomba lukis nasional, 31 kali lomba lukis di lingkup Ja Teng dan DIY. Pada bulan Agustus 2005 dia diundang ke Jakarta dan menjadi salah satu ANAK BERBAKAT NASIONAL. Tanggal 1 November 2006 dia menjadi narasumber di acara radio KABAR BIANGLALA yang dipandu Rumah Pelangi. Dalam wawancara dia menyatakan: TERSERAH TUHAN, ketika ditanyakan cita-citanya. Meskipun diselingi istirahat dan diputarkan lagu, masih pula TERSERAH TUHAN ketika pertanyaan yang sama diulangi. Tertarik suvenir ataupun melihat pin buatan Dini Kamila Sari? Coba klik: www.RumahPelangi.blogspot.com.
Naaa..naaa..jadi inget, kami mohon bantuan informasi tentang penjual bahan dan peralatan untuk membuat pin. Terpikirkan untuk menjadikannya salah satu sumber kas apabila punya usaha itu. Kami sudah mencoba mencari info di lingkungan Yogya dan Magelang namun belum ada yang memberitahukannya. Ada yang bercerita bahwa di Bandung dan Jakarta mudah ditemukan bahan dan alat itu. Namun dimanakah?

Mohon kesediaannya memberitahukan melalui imel di: RumahPelangi@yahoo.com.

Ingin tahu lebih lanjut tentang Rumah Pelangi?
telpon ke: 0818 – 0272 3030

3 comments:

pedro velasquez said...

MAS BANDI. Demikianlah penjaga Rumah Pelangi sebenarnya. Dia adalah orang yang bertanggung jawab terhadap tempat yang kami gunakan. sportsbook Tugasnya adalah merawat rumah beserta isinya yang dipercayakan oleh pemilik rumah. Pada awal Desember tiba-tiba dia datang membawa beberapa kaleng cat. Rupanya mendapatkan tugas untuk mengecat keseluruhan rumah karena pada tanggal 31 Desember, salah seorang anak pemilik rumah akan melangsungkan pernikahan dan Rumah Pelangi akan digunakan sebagai tempat menginap keluarga jauh. bet nfl Selama beberapa hari dia sendirian membersihkan keseluruhan rumah lebih seksama dibandingkan biasanya. Meskipun dia lebih berwenang menentukan keadaan rumah tersebut namun tetap saja tidak berani merubah letak barang-barang milik komunitas (memangnya Rumah Pelangi punya aset?? hee..hee..heee). http://www.enterbet.com Awalnya rumah tersebut ditinggali olehnya

Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.
Samuel Zamora said...
This comment has been removed by a blog administrator.